Senin, 01 Desember 2008

PENGHIJAUAN INDONESIA VS KELAPA SAWIT

Written by : Subandi Rianto
Advokat Bahaya Global Warming SMART Ekselensia

“Kompetisi Website Kompas MuDA - IM3”

Di akhir tahun 2008, tepatnya mendekati penghujung akhir november. Dunia perbankan tersentak dengan adanya krisis moneter yang melanda Amerika Serikat. Ekornya pun mampu membuat goyang ekonomi Asia dan Eropa. Bahkan beberapa bursa di negara-negara Asia rontok seketika, dan hasilnya beberapa perusahaan nasional terancam gulung tikar akibat seretnya kredit dan menumpuknya utang.

Tak ketinggalan juga, perusahaan milik para pengusaha pribumi yang bertengger pada “orang terkaya di Indonesia” ikut-ikutan amblas. Berita terakhir menyebutkan bahwa perusahaan Bakrie & Brothers milik pengusaha Aburizal Bakrie mengalami resesi ekonomi. Hal itu diperparah dengan anjloknya harga minyak dunia, harga minyak sawit dan nilai rupiah terhadap dollar Amerika. Maka dapat ditebak, resesi ekonomi juragan Bakrie adalah berkurangnya pendapatan perusahaan dari sektor-sektor terpenting yang harganya sedang terjun bebas. Yaitu minyak sawit dan batubara.
Perusahaan Bumi Resources (anak perusahaan Bakrie & Brothers yang bergerak di bidang pertambangan batubara) menjadi tumbal pertama kemunduran bisnis pak menteri tersebut. Dengan rencananya akan dijual kepada Northstar Pacific, perusahaan asing. Dan naga-naga penjualan Bumi Resources pun telah bermunculan di seantero media massa.
Bila mengingat masa silam, maka kita akan dihadapkan dengan perjuangan keras Grup Bakrie membangun imperium bisnisnya. Bermula dari bisnis kelapa sawit yang tak butuh waktu lama telah mengangkat nama Bakrie dikancah perekonomian nasional. Hal tersebut dipengaruhi potensialnya bisnis kepala sawit, permintaan konsumen luar negeri yang begitu tinggi dan iklim di Indonesia sangat cocok untuk pengembangan kelapa sawit.\
Maka menggejolaklah bisnis kepala sawit Indonesia yang kemudian memicu persaingan dari negara-negara lain semisal : Malaysia, Thailand dll. Disusul kemudian bergeraklah dana para investor menuju daerah potensial kelapa sawit. Yaitu Sumatera dan Kalimantan.
Dalam sekejap, tanah-tanah perawan Sumatera dan Kalimantan beralih fungsi menjadi perkebunan kepala sawit. Daerah-daerah yang dulunya terkenal akan keanekaragaman hayatinya menjadi tergerus oleh proyek alihfungsi lahan. Pembakaran gas karbon dan menyusutnya habitat asli satwa liar menjadi penyebab terjadinya---------------. Sehingga terjadilah penyusutan hutan Indonesia yang terkenal akan paru-paru dunia diiringi kepunahan satwa liar yang makin tak bisa dihindari. Kedua-duanya secara perlahan akan menjadikan kondisi geografis Indonesia menuju titik nadir, seperti : naiknya suhu tropis Indonesia, ketidakseimbangan ekosistem dan rantai makanan, serta menyebarnya penyakit yang dulu terakumulasi di hutan-hutan.
Maka jangan heran ketika para aktivis GREENPEACE mencegat kapal pengangkut kelapa sawit dan menuliskan kata-kata, “forest crime” pada lambung kapal. Sehingga kita dapat menganalisa bahwa mereka menyampaikan pesan kepada kita :
1.bahwa telah terjadi proses alihfungsi hutan besar-besaran pada proses ekstensifikasi perkebunan kepala sawit.
2.bahwa mereka menuntut pemerintah agar memeberikan regulasi yang jelas kepada para pengusaha kelapa sawit untuk tetap memperhatikan kelangsungan hidup ekosistem alami.
3.Bahwa mereka menuntu pemerintah agar tetap melestarikan kawasan-kawasan hutan yang potensial dalam pengembangan ekosistem alami.
4.Bahwa mereka menuntut pemerintah untuk mengawasi pencemaran karbon akibat industrialisasi kelapa sawit yang makin tak terkendali.

Sehingga dapat kita tarik garis besar bahwa bisnis perkebunan kelapa sawit merupakan bisnis yang berhadapan langsung dengan resiko ekosistem alami, sehingga proses berjalannya industrialisasi perkebunan kepala sawit sebagai penyumbang devisa dan pajak negara tetap terkontrol. Begitu juga dengan penghijauan lahan di Indonesia juga terkontrol dengan baik, agar pelepasan karbon ke atmosfer dapat dikurangi sedikit demi sedikit. Dikarenakan posisi Indonesia sebagai salah satu negara yang mempunyai, hutan sebagai paru-paru dunia bersama dengan Brazil. Serta keanekaragaman hayati terbesar kedua setelah Brazil. Oleh karena itu, mari kita bekerjasama membangun Indonesia yang jauh dari global warming akan tetapi dekat dengan penghijauan lingkungan hidup.
www.mudaers.com
More Information...